BAB 6. Si Madame yang Banyak Maunya
Awalnya Lisa merasa seperti ada yang memperhatikan nya. Setelah ia melihat-lihat, di ujung sana ada lima wanita yang cukup dia kenali. Lisa coba perhatikan lagi diam-diam agar mereka tidak curiga, dan benar saja, salah satu dari mereka adalah Rosé, guru Lisa di sekolah.
Lisa memincingkan mata melihat kedua wanita yang seperti di kenalinya juga, yaitu kakak beradik yang telah menabrak dirinya. "Lah! Bukannya itu Kepsek sama Managernya? Kok mereka bisa jalan barengan?" batin Lisa cukup penasaran dengan kedekatan mereka.
"Kamu lagi liatin apa?" Tanya wanita yang sedari tadi bersama Lisa membuat yang di tanya hanya bisa menggeleng untuk menjawab pertanyaan itu, tidak mau memberitahunya.
Tidak lama setelah itu, mereka berdua beranjak dari tempat lantas mencari-cari sesuatu yang wanita itu inginkan. Sedangkan Lisa hanya bisa diam dan mengikuti arahannya. Sebenarnya Lisa sangat bosan jika menemani wanita berbelanja, bisa di lihat dari raut wajahnya.
"Lisa, aku pengen ke toilet sebentar." ajaknya, lantas menarik pergelangan tangan Lisa yang sedari tadi berada digandengan nya.
Setelah wanita itu menyelesaikan urusannya di toilet. Dia malah menarik tangan Lisa menuju tangga darurat dan langsung mendorongnya ketepi dinding dengan kedua tangannya mengelus pipi Lisa, lembut. Lisa tersentak kaget menerima perlakuannya, tidak bisa menepis hanya bisa diam. Karena Lisa tahu, sang wanita pasti tidak akan menerima penolakan.
Kedua tangannya sudah melingkar di leher Lisa. Matanya menatap dengan penuh nafsu. Merasa tidak dapat menahan gejolaknya, wanita itu menempelkan badannya kebadan Lisa, perlahan wajahnya mendekat dan langsung mengecup bibir. Awalnya, itu hanyalah kecupan lembut. Merasa tidak puas, dia melumat bibir atas dan bawah Lisa secara bergantian.
Ciuman yang sangat agresif, dan Lisa yakin wanita yang sedang mencumbu nya sangat penuh dengan gairah dan nafsu pada saat ini. Lagi, Lisa hanya bisa diam mematung, seluruh badannya terasa tidak berdaya dibuat aksi memanas yang wanita itu berikan.
Lisa berusaha mengimbangi, melancarkan permainan nya dengan sesekali melumat bibir bawahnya. Tak jarang membuka mulut untuk memberikan akses untuknya mencicipi setiap inci rongga mulut Lisa.
Lisa mengakui wanita itu sangat pandai dalam hal bercumbu. Dengan santai dia memasukkan lidahnya untuk menjelajah lebih dalam. Lisayang menerima, sekali lagi hanya bisa kaget mendapati wanita yang sangat berani memulai duluan hal yang mungkin akan mereka pertimbangkan dua kali.
Mungkin sudah sampai beberapa menitan mereka melakukan aksi panas di tangga darurat. Karena Lisa mulai cemas kalau-kalau ada yang akan lewat, sesekali dia mencoba melirik dengan ujung matanya tanpa melepas cumbuan mereka. Lisa melirik kesamping kiri, menemukan sekilas ada yang mencoba bersembunyi tapi sesekali memperhatikan apa yang mereka lakukan. Lisa cukup penasaran akan seseorang di balik dinding itu, tak mau sampai kelolosan, ia terus memantaunya. Tidak lama setelah itu, orang dibalik dinding yang membuat Lisa penasaran berjalan meninggalkan toilet.
"Dia, si Kepsek itu? Madam yang super duper judes. Apa dia tau kalau gue yang disini? Njir! Bisa-bisa gue di hukum lagi ini. Kesekian kalinya nih, gue keliatan buruk di mata dia." Lisa membatin.
_THE MADAME AT SCHOOL_
"Hello guys!" teriak Seulgi dari arah depan pintu.
Pagi yang begitu indah, dengan cuaca yang sedang; Tidak mendung, dan tidak panas juga.
Hanbin menoleh cepat kearah pintu, matanya menyipit tidak melihat keberadaan Lisa. "Lisa mana?"
"Lo pikir gue bapaknya?" sahut Seulgi sambil meletakkan ranselnya dilaci meja.
Seulgi yang telat lima menit. Untung saja guru yang masuk di kelasnya ternyata berjalan di belakang nya. Jadi setidaknya Seulgi sampai lebih dulu dari guru itu.
"Anak-anak, sekarang kalian buka bab satu halaman sepuluh!" titah guru yang masuk di kelas mereka.
Jam pertama mereka diisi dengan pelajaran Biologi. Seluruh murid di kelas itupun hening seketika setelah melihat Lisa yang sedari tadi mencoba masuk diam-diam. Selangkah demi selangkah dia memasuki kelas tanpa suara injakkan kaki. Lisa juga memberi kode untuk jangan ada yang ribut atau melaporkan kelakuannya.
"Kamu sapu halaman dulu!" ujar sang Guru Biologi. Ia sama sekali tidak menoleh kebelakang karena sedang sibuk menulis materi di papan tulis.
Lisa ternganga, bagaimana tidak. Tanpa menoleh Guru usia empat puluhan keatas itu tahu jika dirinya sedang mengendap-endap. "Bu guru, kok bisa tau?"
Guru Biologi itu menoleh kearah Lisa dengan tatapan dingin. "Di sekolah ini banyak yang seperti kamu! Sapu halaman sebelum lbu tambah hukuman mu!"
Lisa terkesiap. Ia berjalan meninggalkan ruangan kelas dengan kekesalan, sambil sedikit memberi senyum kepada siswi-siswi yang berada di setiap koridor, sedang tersenyum kepadanya.
Jennie sedang sibuk melihat nilai-nilai semua murid di sekolah itu. Dengan teliti, dia terus membuka setiap halaman pada buku besar yang di pegangnya.
"Kak Wen, apa yang harus kita lakukan?" Jennie menghela nafas setelah melihat nilai-nilai yang tertera dalam buku besar itu. Ditatapnya Wendy, berharap Managernya itu tahu apa yang ia maksud.
Wendy cukup tahu jika Jennie sudah begini artinya ada sesuatu yang menganggu pikirannya. "Apa harus kita kumpulkan mereka yang tidak sesuai kriteria?" Jennie mengangguk karena itulah yang ada di pikirannya sekarang.
_THE MADAME AT SCHOOL_
"Jisoo, kondisi cowok itu sudah kamu tanyakan apa belum?" tanya Irene sambil fokus memperhatikan jalan. Sekarang mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju kantor.
Jisoo terkesiap, ia baru sadar akan hal. "Akh, iya! Aku tanya sekarang deh," ucapnya sambil menarik keluar handphone di dalam tas miliknya.
Jisoo menatap kembali pesan yang dia kirim. Merasa tidak ada tanda-tanda pesan itu dibaca oleh Lisa, dia menyimpan kembali benda pipih itu. "Sepertinya dia lagi gak pegang hp, Kak." Irene hanya menatapnya sekilas di kaca dalam mobil.
Di tempat lain. Rosé yang sedang sibuk dengan kertas-ketas diatas mejanya. Merupakan lembar jawaban ulangan harian para siswa-siswi disekolah itu.
"Ibu Rosé, apa semuanya sudah anda beri nilai?" tanya Wakil Kepala sekolah. Tangannya sibuk mengotak-atik Komputer miliknya.
Rosé menoleh cepat. "Iya Pak, tinggal sedikit lagi." sahutnya.
Diruangan Dewan Guru, yang sekarang sibuk dengan Komputer dan Laptopnya masing-masing. Tidak sadar dengan kedatangan Kepada Sekolah mereka.
"Apa nilai Matematika sudah keluar?" tanya Jennie, yang sekarang sudah berada di depan meja Rosé.
Rosé tahu siapa yang berbicara dengannya. Tetapi dia tidak menoleh dan lebih fokus kelayar Komputernya. "Iya Bu! Kebetulan lagi saya ketik untuk hasil ulangannya dan tinggal di print,"
"Tolong nanti bagi kelas 12 yang nilainya kurang dari KKM segera menghadap keruangan saya secara bergantian, perkelas." titah Jennie, lantas berjalan meninggalkan ruangan Dewan Guru.
Seulgi yang baru selesai dengan ritualnya dikantin, menghampiri bangku Lisa. "Lo gak ada bosen-bosennya ya, di hukum." ledeknya sambil mengelus-ngelus rambut Lisa.
Lisa tidak menghiraukan Seulgi, ia lebih memilih mengecek handphone miliknya. Lisa mengerutkan kening melihat ada notifikasi dari nomor baru. Lalu setelah itu ia tersenyum tipis melihat pengirim pesan itu menyebutkan nama, Jisoo.
"Sekarang udah mendingan, tapi gak tau deh kalau besok."
Setelah mengetik itu Lisa lantas menekan tombol kirim. Ia tersenyum sekali lagi setelah membalas pesan dari Jisoo, menyadari dirinya akan mengerjai wanita itu.
Seulgi menatap heran, melihat Lisa sedang tersenyum kearah handphone. "Lagi chatan sama siapa lo? sampe senyam-senyum gitu." Seulgi penasaran, ia mencoba melirik ke layar benda pintar itu.
Lisa yang menyadari itu langsung menjauhkan handphone nya dari pandangan Seulgi. "Pergi sono! Gausah penasaran." hardiknya sambil mendorong dada bidang Seulgi agar bisa menjauh darinya. Membuat Seulgi mencibir, jika bukan sahabat mungkin sudah dia pukuli Lisa.
Bersamaan dengan itu, bel masuk jam kedua pun dibunyikan. Seluruh siswa-siswi berhamburan ke kelasnya masing-masing.
Rosé langsung memasuki kelas yang di huni Lisa dan teman-temannya. "Anak-anak, hari ini kalian ada sedikit hadiah," katanya sambil menebarkan senyuman kesetiap murid di kelas itu.
"Nanti yang namanya di panggil langsung pergi ke ruangan Kepala Sekolah, ya! Soalnya hadiahnya ada disana." Rosé sengaja berbohong, agar mereka yang di panggil tidak kabur. "Park Jimin, Lisa Manoban dan terakhir Kang Seulgi. Kalian bertiga langsung ke ruangan Kepala Sekolah!"
Semua murid di kelas itu langsung menoleh kearah Lisa dan kedua sahabatnya. Pikir mereka kenapa harus murid yang bandel mendapatkan hadiah? Sedangkan mereka bertiga, keluar dengan penuh sumringah. Tetapi dalam hati terus bertanya-tanya, hadiah apa yang kiranya akan mereka dapatkan?
Mereka pun berjalan secara berdampingan dengan Lisa jadi penengah, menuju ruangan Kepala sekolah itu dan terlihat beberapa murid baru keluar beranjak dari ruangan Jennie.
"Kalian dari kelas berapa?" tanya Wendy, datar. Ia membukakan pintu setelah Lisa mengetuknya beberapa kali.
"Kami dari kelas 12 Sains." jawab Jimin mantap.
"Apa kalian tau maksud kalian di panggil kesini?" Lagi, Wendy bertanya.
"Saya taunya mau di kasih hadiah." timpal Lisa seenaknya. Membuat Wendy menahan tawa.
Jennie menghela nafas gusar mendengar ucapan Lisa. "Biar aku yang jelaskan, Kak!" Ia menoleh dan menyadari ketiga siswa di depannya masih berdiri. "Kalian duduk dulu!"
"Apa kalian tau nilai ulangan harian kalian sangat jelek?! Kenapa kalian begitu bodoh tidak mengunakan otak kalian dengan baik?" bentak Jennie, ia menoleh kearah Lisa setelahnya. "Dan kamu!" tunjuknya.
Lisa yang sedari tadi menunduk langsung menegakkan badannya karena Seulgi menyenggol tangannya, mengisyaratkan jika Jennie menunjuknya.
"Saya?" sahut Lisa sedikit bergetar.
"Saya perlu berbicara secara pribadi denganmu! Karena hasil ulangan mu di setiap pelajaran sangat buruk. Pergilah keruangan saya setelah bel pulang nanti!" perintahnya pada Lisa, lantas Jennie menoleh kearah Seulgi dan Jimin secara bergantian.
"Dan untuk kalian berdua, saya harap ini ulangan jelek yang terakhir kalinya untuk kalian! Karena saya tidak mau murid-murid di sekolah ini terlihat bodoh! Ini juga demi kebaikan kalian semua." Tambah Jennie yang membuat mereka berdua mengangguk seperti anak kecil.
Setelah berpamitan, mereka bertiga meninggalkan ruangan Jennie dengan penuh ke kecewaan dan kekesalan. Bagaimana tidak, mereka pikir awalnya memang akan di beri hadiah tetapi nyatanya malah berbalik saratus delapan puluh derajat.
"Anjirlah! Si Madam." gerutu Jimin, setelah mengetahui jika Jennie wanita yang kejam, beberapa hari yang lalu. Mereka lantas memberi Jennie dengan Julukan Madam.
"Gue aduin lo!" Seulgi mengancam.
"Dih! Apaan dah lo!" Jimin tidak terima, ia mendengus kesal.
Lisa hanya mendengarkan perdebatan kedua sahabatnya itu tanpa mau ikut campur. "Hadeh! Kenapa juga gue harus keluar masuk ruangan harimau betina itu? Lagian kenapa pake acara pulang sekolah segala coba? Apa jangan-jangan gue mau di keluarin?" batin Lisa, betapa gelisahnya ia sekarang.
Merasa kesal Lisa memilih memainkan handphonenya. Kebetulan ada pesan masuk dari Jisoo.
"Apa perlu kita periksa lagi?"
Begitulah isi pesan Jisoo yang membuat Lisa tersenyum karena menyadari wanita itu sangat mudah dikerjai.
"Haruskah? Tapi kayaknya aku pengen makan sesuatu." Lisa membalas.
"Jadi kamu maunya di ajak pergi makan?"
Lisa terkekeh mendapati pesan dari Jisoo, lagi. Ternyata cukup beberapa detik baginya untuk menunggu Jisoo membalas pesan itu.
"Boleh, nanti aku kabarin lagi."
Setelah membalas pesan dari Jisoo, ia langsung menyimpan kembali handphonenya.
_THE MADAME AT SCHOOL_
Bel pulang Sekolah sudah dibunyikan sejak lima menit yang lalu. Terihat semua siswa-siswi sudah memenuhi koridor dan sebagian sudah berada di tempat parkir mengambil kendaraan masing-masing. Lisa dan teman-teman nya sedang berada di kantin sekolah, mereka sedang berbincang-bincang. Tidak lama setelah itu Lisa berpamitan kepada mereka untuk segera menuju lantai empat, memenuhi panggilan sang Madam; Kepala Sekolah mereka yang memintanya berbicara secara pribadi.
Setelah kedatangan Lisa. Ruangan itu pun seketika sunyi karena tidak ada dari mereka berdua yang mau angkat bicara setelah kepergian Wendy.
"Apa yang harus saya lakukan dengan nilaimu?" Akhirnya Jennie membuka suara tetapi tatapan nya masih tertuju pada handphone yang sedari tadi dia mainkan.
"Hum, Anda cukup tidak mengusir saya dari sekolah ini," jawab Lisa yang lebih terdengar seperti bergumam. Ia juga mencoba untuk tersenyum, walaupun sangat terlihat paksaan.
Jennie meletakan ponselnya, dia menatap Lisa dari atas sampai bawah. "Haruskah? Saya pikir kamu tidak cukup bodoh karena saya lihat kamu cukup pintar untuk mempermainkan wanita,"
Lisa menghela nafas, lalu mendongkak. "Karena itu menghasilkan uang dan pekerjaan saya."
Jennie sedikit kaget, sontak menatap Lisa dengan tatapan tajam. "Maksudmu? Apa orang tuamu sudah tidak ada untuk membiayai hidupmu?"
Lisa terkekeh geli. Ia sangat tidak ingin mendengar ada orang yang menyangkut pautkan dirinya dengan orang tuanya. "Apakah harus tidak punya orang tua untuk membiayai hidup sendiri? Itu hanya kebiasaan yang menurut saya nyaman." Lisa membalas tatapan tajam Jennie.
Jujur Jennie sangat tidak mengerti dengan jalan pikiran Jennie. Kenapa cowok itu lebih memilih bekerja dari pada belajar dirumah. Karena sangat tidak mungkin jika orang tuanya nya tidak mampu. Semua orang tua murid di sekolah miliknya termasuk kalangan atas dan menengah. Mulai dari Anggota Dewan, Pengusaha, Menteri, Dokter, Polisi, Tentara, Direktur, Aktor, Aktris, dan masih banyak lagi.
"Saya akan peringatkan nilai ulanganmu selanjutnya harus di atas KKM karena saya akan terus memantau itu!" bentak Jennie, ia merasa tersudutkan oleh tatapan tajam dari Lisa.
"Dan satu hal lagi tolong buang sikap seenak mu itu! Jangan menatap saya dengan tatapan seperti itu karena saya ini pemilik yayasan di sekolah ini dan kamu harus lebih sopan!" Setelah Jennie mengatakan itu, refleks Lisa memalingkan wajahnya.
Tidak mau berlalu lama, Lisa meninggalkan ruangan Jennie tanpa permisi. Baginya, wanita itu merupakan serigala yang dianugrahi wajah imut. Dan dia sangat tidak suka dengan wanita itu.
"Apa yang kamu lakukan, Jennie? Kenapa juga aku harus peduliin tatapannya itu? Sedangkan selama ini aku tidak pernah permasalahin kalau ada orang yang menatapku tidak suka, malahan aku biasa saja." monolog Jennie, ia terus saja mengoceh sambil berjalan menuju parkiran.
_THE MADAME AT SCHOOL_
NEXT => BAB 7. NGE-DATE WITH JISOO