BAB 5. Rental Boyfriend
12 Sains! Merupakan kelas yang di tempati oleh Lisa dan teman-temannya. Semua murid di kelas itu sudah duduk rapi di bangkunya masing masing. Karena bel masuk sudah dibunyikan sedari tadi.
"Woi! Kita pelajaran siapa?" heboh Jimin, berteriak kearah Seulgi.
"Ibu Rosé!" jawab Taehyung karena hanya dirinya yang peka, daripada teman-temannya yang lain masih asyik bercanda gurau.
Yang mana mereka tidak sadar jika Rosé sudah berjalan masuk ke kelas mereka.
"Apa ini? pagi-pagi sudah ribut begini," ujarnya setelah di rasa semua murid sadar akan kehadirannya. "Hari ini kita akan mengadakan ulangan harian."
Semua murid di kelas itu kaget bercampur bingung mendengar perkataan guru mereka yang akan mengadakan ulangan harian. Bagaimana tidak, baru belajar satu kali di semester awal tapi sudah memberikan ulangan harian. Benar-benar tidak masuk akal pikir mereka.
"Bu Cantik!" Seulgi mengangkat tangan dan langsung di persilahkan untuk berpendapat oleh Rosé. "Kita baru belajar satu kali Bu, kok udah ulangan aja?"
Rosé tersenyum mendengar pertanyaan yang bagus menurutnya. "Ini permintaan kepala sekolah baru kita," Dilihatnya murid yang yang berjumlah tiga puluh tiga itu. "Buat materinya, nanti Ibu coba bikin yang gampang-gampang aja."
"Bu kalau boleh request, 1+1 5x5. Gitu aja yaa... Jangan berpangkat-pangkat dulu." Perkataan Lisa itu sontak membuat yang lain menertawakan nya. Tetapi jika boleh memilih, mereka juga menyetujui akan hal itu.
"Lisa kamu mau Ibu balikin ke SD lagi, hm?"
"Lisa mah, mau aja Bu. Tapi nanti kalau Ibu cantik kangen sama Lisa gimana, hm?" Lisa balik bertanya, intonasinya bahkan sengaja ia bikin selembut mungkin.
Rosé hanya bisa geleng-geleng kepala, jika imannya tidak kuat mungkin Rosé bisa saja terbawa perasaan menghadapi cowok-cowok yang dimana itu adalah muridnya sendiri.
"Udah akh, nanti kita kehabisan waktu," kata Rosé, lantas menoleh kearah Taehyung yang kebetulan duduk di depan, sejajar dengannya. "Taehyung, ini bagikan ke teman-teman mu!"
Setelahnya Taehyung yang di beri amanat langsung maju dan lantas membagikan lembaran ketas ulangan harian itu dengan teratur.
Bel istirahat sudah di bunyikan, pertanda dua jam sudah mereka lalui. Tetapi semua siswa di kelas masih sibuk mengisi ulangannya masing-masing. Rosé yang sedari tadi gelisah melihat jam di pergelangan tangannya karena murid-murid itu belum ada juga yang mengumpulkan pekerjaannya, sedangkan mereka sudah kehabisan waktu.
"Anak-anak, nanti kalian bawa keruangan saya aja yaa!" usul Rosé sambil memperhatikan satu persatu murid di kelas itu. "Lisa! Nanti kamu bawa hasil pekerjaan teman-teman kelas mu ke saya ya!" Perintahnya karena melihat Lisa yang tampak tenang mengerjakan ulangannya.
"Baik Bu cantik."
Rosé langsung beranjak meninggalkan ruangan yang di dominasi murid-murid bandel itu, setelah Lisa menyetujui perintahnya.
Dengan begitu, Lisa langsung mengumpulkan kertas lembaran jawaban teman-teman sekelasnya. Ada yang dia ambil secara paksa karena belum mau mengumpulkan, ada yang berlarian karena belum selesai. Begitu semuanya terkumpul, Lisa tidak mau membuang waktu istirahatnya. Ia lantas menuju ruang guru memenuhi apa yang di amanatkan oleh Rosé.
"Ini Bu!" Lisa meletakkan lembaran kertas ulangan itu di meja Rosé, tidak lupa juga dia menyusunya serapi mungkin.
Rosé memberikan senyuman melihat perlakuan Lisa. "Makasih ya Lisa."
Lisa membalas senyumannya sekilas, setelah berpamitan ia pun melangkahkan kakinya untuk segera keluar.
"Nak, kamu sini dulu!" Langkah kaki Lisa harus terhenti karena ulah wakil kepala sekolah. Dengan gontai Lisa berjalan menuju orang yang memanggilnya.
"Tolong ini kasih dulu ke Kepala Sekolah di ruangannya!" Wakil kepala sekolah itu menyodorkan buku besar yang berisikan nama-nama seluruh siswa di sekolah itu.
_THE MADAME AT SCHOOL_
"Jennie! Aku keluar dulu, ada janji dengan orang." pamit Wendy.
"Iya Kak, Jangan lama-lama." Setelah mendapat izin, Wendy langsung keluar karena ada janji dengan lbu Jennie. Ia sengaja tidak memberitahu adik sepupunya itu.
"Wait, bukannya dia temennya cewek itu? Apa gue tanyain sama dia aja ya?" monolog Lisa setelah melihat Wendy yang berjalan kearahnya.
"Permisi Kak," Wendy yang kini sudah berada di belakang Lisa terpaksa membalik badan karena merasa terpanggil.
"Ya?" Singkat Wendy, di pandanginya Lisa dengan wajah datarnya.
"Ruangan kepala sekolah dimana ya?" tanya Lisa berusaha sesopan mungkin karena aura Wendy yang begitu membuatnya merasa terintimidasi.
"Jalan saja lurus, lalu belok kiri dan kau akan sampai diruangan itu." Setelah memberikan petunjuk, Wendy langsung melanjutkan langkah kakinya.
Lisa mengikuti arahan dari Wendy, tak lama dia menemukan pintu yang bertengger tulisan Kepada Sekolah.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!"
Ternyata Lisa tidak perlu waktu lama untuk mendapatkan izin masuk dari pemilik ruangan yang nampak masih baru itu.
Dilihatnya Jennie yang sedang sibuk memainkan handphone. "Kak, gue di suruh Wakepsek buat kasihin ini." ujar Lisa tanpa embel-embel memanggil Jennie dengan kata ganti Kak yang harusnya Ibu.
Mata Lisa tidak berhenti melirik setiap sudut ruangan itu, dia bahkan tidak menoleh kearah Jennie sama sekali.
"Apa anda tidak punya sopan santun?!" pekik Jennie, ia cukup penasaran dengan orang di depan nya dan lantas mendongkak. "Ckck! Anak yang kemarin memanjat pagar."
Lisa yang masih menyimpan kekesalannya tehadap Jennie, sengaja ia tidak mau terlalu sopan. "Ya, itu saya!" sahut Lisa datar. Sejurus mereka saling menatap dengan tatapan tajam.
Jennie yang memang mempunyai tatapan tajam dan Lisa yang tidak mau kalah. Jujur Lisa merasa ciut. Ia sudah menahan gugupnya karena di tatap seperti itu oleh Jennie.
"Saya akan keluar." Lisa mencoba menetralkan dirinya. Tidak mau jika wanita angkuh di depannya itu harus mengetahui kegugupannya.
"Bocah! Apa anda sering mempermainkan wanita?" Jennie sudah bisa melilai jika Lisa salah satu cowok penggoda.
Lisa yang kini sudah di ambang pintu, harus terhenti karena mendengarkan pertanyaan yang sangat privasi antara murid dan Kepala Sekolah. Lisa yang memang pada saat itu tidak menoleh kearah Jennie langsung membuka pintu. Tanpa menjawab pertanyaan sang Kepala Sekolah dia beranjak dari ruangan itu.
Entah kenapa Jennie merasa kesal menerima perlakuan Lisa yang seperti mengabaikan nya. Ia sudah bisa menilai dari wajah dan gayanya, jika Lisa adalah anak nakal yang suka mempermainkan wanita.
"Cih! Bisa-bisanya dia tidak menatapku kagum. Apa dia berusaha menahan atau tau tempat, kalau lagi di lingkungan sekolah?" monolog Jennie, dalam hati ia bertanya-tanya, kenapa dia berpikiran akan hal itu.
Seharusnya ia senang karena tidak ada yang menatapnya seperti orang-orang kebanyakan, kan memang itu yang sangat dia inginkan selama ini. Tetapi entah kenapa Jennie merasa kesal jika Lisa yang memperlakukan nya seperti itu.
"Keren! Dia bisa tau hanya dengan ngeliat mata gue," heboh Lisa, sekarang ia sedang berjalan menuju kearah kantin di mana teman-temannya berada.
"Apa penampilan gue terlalu keliatan kayak cowok nakal, yaa?" Lisa terus saja bermonolog, ia sampai harus melihat penampilan nya, apakah ada yang aneh.
"Tapi perasaan tadi sikap gue selow aja. Akh! Apa dia berusaha nantangin gue?" Betapa Lisa sangat berpikir keras saat ini di buat wanita angkuh menurutnya. Ia sampai berpikir jika Jennie menantangnya.
_THE MADAME AT SCHOOL_
"Jadi bagaimana? Apa sekarang dia sudah keliatan ada kedekatan dengan laki-laki?" bisik Park Min-young , sekarang mereka sedang mengobrol di Cafetaria depan sekolah.
Wendy menggeleng, terasa berat baginya. "Hum! Aku rasa tidak ada, Tante. Dia sangat fokus sama kariernya," jawab Wendy dengan lesu. "Apa perlu aku carikan lelaki buat dia?"
Perubahan raut wajah kesal Park Min-young setelah mendengar anak bungsunya itu belum juga ingin memiliki kekasih.
"Ish! anak itu, mau sampai kapan dia menutup hatinya?" gerutu Park Min-young sejurus ia nampak berpikir. "Begini saja, tidak perlu mencarikan dia lelaki nanti dia curiga. Tapi kamu cukup bantu dia kalau sekiranya dia terlihat lagi dekat dengan lelaki!"
Wendy tersenyum, ide Park Min-young cukup bagus menurutnya. "Boleh Tante, nanti aku coba bantu dia."
"Mari kita lihat apakah ada orderan hari ini?" Monolog Lisa, dia meraih ponsel di atas meja belajarnya.
Mendapati ada notifikasi dari nomor baru. Jika sudah begini, itu artinya ada yang membutuhkan jasanya pada saat ini. Pesan itu berisikan alamat yang akan Lisa tuju nanti malam.
"Akhirnya bisa isi dompet lagi." gumamnya, lantas melirik arloji dan mendapati sudah pukul empat belas.
"Siap-siap dulu, Akh!" Ia pun langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Tepat pukul empat belas tiga puluh Lisa berangkat menggunakan taksi untuk menemui orang yang akan menyewa jasa nya hari ini.
Sesampainya disana Lisa melihat seorang wanita cantik sudah menunggunya duduk di Restoran seorang diri. Dia tersenyum kearah wanita cantik itu, lalu dengan sigap Lisa berjalan mendekatinya.
"Hai, kamu sudah lama nungguin ya?" tanya Lisa dengan intonasi lembut. Senyuman manis diwajahnya masih terlihat.
Wanita itu hanya memberikan senyuman. Ia cukup terpesona dengan Lisa yang memilik aura menawan.
"Sini duduk! Kamu sudah makan?" Ia menarik pergelangan tangan Lisa untuk segera duduk disampingnya. Lisa hanya menurut dengan apa yang wanita itu lakukan. Kepalanya mengangguk, untuk menjawab pertanyaan dari wanita itu.
"Ternyata kamu memang tampan di lihat secara langsung ya..." ucap sang wanita, di elusnya pipi kiri Lisa. Terlihat wanita itu begitu berbinar menatap orang disampinnya dengan kagum.
Jangan kira Lisa akan grogi menerima perlakuan dari wanita cantik itu. Tidak! dia tidak grogi sama sekali, karena baginya sudah terbiasa akan hal itu. Malahan dengan mudah Lisa memegangi tangan wanita itu sangat mesra, seperti pasangan.
Beginilah kegiatan Lisa jika sedang menjalankan pekerjaannya. Ia harus sigap untuk melakukan tugasnya. Sekarang mereka sedang berjalan bergandengan tangan menuju Mall karena tugas Lisa hari malam ini adalah menemani wanita itu shopping. Menyusuri setiap sudut Mall sambil sesekali mampir melihat-lihat barang yang wanita itu inginkan.
Sedangkan di lain sisi, di tempat yang sama. Mereka; Jennie, Jisoo, Rosé, Irene dan Wendy baru saja sampai di Mall. Jisoo yang punya ide, untuk mengajak wanita-wanita itu pergi berbelanja bersama. Terlihat mereka sedang berbincang-bincang dengan gelak tawa di wajah mereka masing-masing.
"Girls, kesana yuk!" ajak Rosé menunjuk kearah timezone.
Irene sudah tidak heran dengan hoby Rosé. "Rosé, kita sudah dewasa. Kamu gak sadar?" gemas Irene sampai mendayu kata Rosé.
Rosé hanya bisa memoutkan bibir mendengar ucapan fakta dari Irene. Tapi ia sangat ingin bermain disana. Bukan hanya anak kecil saja kan, yang bisa pergi ke timezone?
"Tunggu dulu!" ujar Jisoo setelah menyadari bahwa dia mengenali seseorang di ujung sana.
"Kak Irene, Bukannya dia anak sekolah yang aku tabrak kemarin? Apa kakinya sudah sembuh?" Matanya menyincing menatap kearah Lisa, yang sekarang sedang bersama seorang wanita, sepantaran mereka.
Irene, Rosé dan Wendy dengan dengan cepat menoleh kearah pandangan Jisoo, lantas mendapati Lisa bergandengan tangan dengan seorang wanita.
Irene menyipitkan matanya. "Iya itu dia! Siapa wanita itu? jangan-jangan?" Irene refleks menutup mulutnya setelah menyadari wanita yang bersama Lisa sepantaran dengan mereka.
"Pacarnya? Lihat! mereka gandengan." pekik Irene, mengira wanita itu pasti kekasih Lisa.
"Dia muridku di sekolah." Rosé menimpali, menatap Jisoo dan Irene secara bergantian.
Wendy mulai sadar akan sesuatu.
"Sepertinya dia orang yang ber pas-pasan denganku tadi pagi di lorong sekolah," Wendy mencoba mengingat-ingat kembali. "Ya, benar! Dia yang mencari ruangan Jennie." Tambahnya, membuat Jennie yang sedari tadi tidak penasaran langsung menoleh cepat kearah tatapan ke empat wanita di depannya.
Dengan sembunyi-sembunyi Jennie berusaha melihat Lisa dan seorang wanita bersamanya, yang sekarang sedang bergandengan tangan. Jennie tidak mau kalau-kalau ketahuan orang-orang yang bersamanya, jika seorang Jennie penasaran akan hal-hal yang berbau pasangan.
Tidak terasa hari semakin petang. Sekarang kelima wanita cantik itu sedang menikmati Cake dan minuman starbucks.
"Aku ketoilet dulu." pamit Jennie yang kini sudah berdiri.
"Perlu teman?" tawar Wendy.
Jennie hanya menjawab dengan gelengan sambil tersenyum tipis. Ia berjalan keluar, untuk pergi mencari toilet sambil menoleh kesana kemari entah apa yang Jennie cari tetapi tidak juga ia temui. Merasa tidak melihat apa yang ia inginkan, dengan memelas Jennie menuju toilet.
Tetapi secara tidak sengaja Jennie terhenti di persimpangan yang mengarah di tangga darurat. Matanya melotot tidak percaya setelah menyadari dirinya menyaksikan langsung seorang wanita yang sedang menciumi pria dengan penuh nafsu.
"Apa-apaan ini?!" batin Jennie, berniat memalingkan wajahnya tetapi ketika pria yang sedang dicumbui wanitanya itu menatap kearahnya, dengan sengaja Jennie malah memperhatikan kegiatan mereka.
Wajahnya memerah menahan emosi, entah kenapa Jennie sangat kesal ketika mengetahui pria itu adalah murid yang jelas-jelas tidak dirinya suka.
"Cih! Dia memang nakal! Ternyata wanita itu pacarnya." Lagi-lagi Jennie membatin.
_THE MADAME AT SCHOOL_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar